IKTERUS
Ikterus
(jaundice) terjadi apabila terdapat akumulasi bilirubin dalam darah, sehingga
kulit dan sklera pada bayi (neonatus)
tampak kekuningan. Pada orang dewasa ikterus akan tampak apabila serum bilirubin > 2 mg/dL. Sedangkan pada
neonatus baru tampak apabila serum bilirubin > 5 mg/dL. Bilirubi merupakan
produk yang bersifat toksik dan harus dikeluarkan oleh tubuh. Sebagian besar
bilirubin tersebut berasal dari degradasi hemoglobin darah dan sebagian lagi
dari hem bebas atau proses eritropoesis yang tidak efektif. Pembentukan
bilirubin tadi dimulai dengan proses oksidasi yang menghasilkan biliverdin
serta beberapa zat lain. Biliverdin inilah yang mengalami reduksi dan menjadi
bilirubin bebas atau bilirubin Ixα. Zat ini sulit larut dalam air tapi larut
dalam lemak, karenanya mempunyai sifat lipofilik yang sulit diekskresi dan
mudah melalui membran biologik seperti plasenta dan sawar darah otak.
Bilirubin
bebas tersebut kemudian bersenyawa dengan albumin dan dibawa ke hepar. Dalam
hepar terjadi mekanisme ambilan, sehingga bilirubin terikat oleh reseptor
membran sel hepar dan masuk ke dalam hepar. Segera setelah ada dalam sel hepar
terjadi persenyawaan ligandin (protein Y), protein Z dan glutationhepar lain
yang membawanya ke retikulumendoplasma hepar, tempat terjadinya konjugasi.
Proses ini timbul berkat adanya enzim glukoronil transferase yang kemudian
menghasilkan bentuk bilirubin direk. Jenis bilirubin ini dapat larut dalam air
dan pada kadar tertentu dapat diekskresi melalui ginjal. Sebagian bilirubin
yang terkonjugasi ini diekskresi melalui duktus hepatikus ke dalam sistem pencernaan dan selanjutnya
menjadi urubilinogen dan keluar dengan tinja sebagai sirkobilin. Dalam usus,
sebagian diabsorpsi kembali oleh mukosa usus dan terbentuklah proses absorpsi
entero hepatik.
Sebagai
neonatus, terutama bayi prematur menunjukkan gejala ikterus pada hari pertama.
Ikterus ini biasanya timbul pada hari kedua kemudian menghilang pada hari
kesepuluh atau pada akhir minggu ke dua. Bayi dengan gejala ikterus ini tidak
sakit dan tidak memerlukan pengobatan, kecuali dalam pengertian mencegah
terjadinya penumpukan bilirubin tidak langsung yang berlebihan. Ikterus dengan
kemungkinan besar menjadi patologikdan memerlukan pemeriksaan yang mendalam
antara lain:
1. Ikterus
yang timbul dalam 24 jam.
2. Bilirubin
serum meningkat lebih dari 5 mg % per hari.
3. Bilirubin
melebihi 10mg% pada bayi yang cukup bulan.
4. Bilirubin
melebihi 15mg% pada bayi prematur.
5. Ikterus
yang menetap sesudah minggu pertama.
6. Ikterus
dengan bilirubin langsung melebihi 1mg% pada setiap waktu.
7. Ikterus
yang mempunyai hubungan dengan penyakit hemoglobin, infeksi, atau suatu keadaan
patologik lain yang telah diketahui.
Penyabab
A. Penyebab
ikterus neonatorum fisiologis
Ikterus
fisiologis timbul pada hari ke-2 dan ke-3, dan tidak disebabkan oleh kelainan
apapun, kadar bilirubin darah tidak lebih dari kadar yang membahayakan, dan
tidak mempunyai potensi menimbulkan kecacatan pada bayi.
1.
Organ hati yang belum matang dalam memproses bilirubin.
2. Kurang protein Y dan
Z, dan enzim glukoronil tranferase yang belum cukup jumlahnya. Meskipun
merupakan gejala yang fisiologis, orang tua bayi harus tetap waspada karena
keadaan fisiologis ini sewaktu-waktu bisa berubah menjadi patologis terutama
pada keadaan ikterus yang disebabkan oleh penyakit atau infeksi.
B.
Penyebab ikterus neonatorum patologis
Sedangkan pada ikterus yang patologis,
kadar bilirubin darahnya melebihi batas dan disebut sebagai hiperbilirubinemia.
1. Terjadi
penghancuran eritrosit yang hebat.
2. Fungsi
hepar yang belum sempurna.
3. Terlambat
mengikat tali pusat.
4. Hipoksia.
Hiperbilirubinemia
dapat disebabkan oleh berbagai keadaan seperti:
Penyebab
yang sering:
1. Hiperbilirubinemia
fisiologis.
2. Inkompatibilitas
golongan darah ABO.
3. “Breast
Milk Jaundice”
4. Inkompatibilitas
golongan darah rhesus.
5. Infeksi.
6. IDM
(Infant of Diabetic Mother)
7. Polisitemia.
8. Prematuritas
/ BBLR
9. Asfiksia
(hipoksia, anoksia), dehidrasi-aksidosis, hipoglikemia.
Penyebab
yang jarang:
1. Defisiensi
G6PD (Glucose 6 – Phosphat Dehydroginase).
2. Defisiensi
piruvat kinase.
3. Sferositosis
kongenital.
4. Lucey-Drisscoll
syndrome (ikterus neonatorum familial).
5. Hemoglobinophaty
2,3,4,6.
Penyebab
ikterus pada bayi baru lahir dapat berdiri sendiri ataupun dapat disebabkan
oleh beberapa faktor antara lai:
1. Produksi
yang berlebihan, misalnya pada pemecahan darah (hemolisis) yang berlebihan pada
oncompatibilitas (ketidaksamaan) darah bayi dengan ibunya.
2. Gangguan
dalam proses up take dan konjugasi akibat dari gangguan fungsi liver.
3. Gangguan
transportasi karena kurangnya albumin yang mengikat bilirubin.
4. Gangguan
ekskresi yang terjadi akibat sumbatan dalam liver (karena infeksi atau
kerusakan sel liver0
Diagnosa
Dari anamnesis, pemeriksaan fisik
dan pemerikasaan laboratorium terdapat beberapa faktor risiko terjadi
hiperbilirubin berat.
1. Ikterus
yang timbul dalam 24 jam pertama (usia bayi < 24 jam).
2. Inkompatibilitas
golongan darah (dengan coombs test positif).
3. Usia
kehamilan < 38 minggu.
4. Penyakit-penyakit
hemolitik (G6PD, “end tidal CO”)
5. Ikterus/terapi
sinar/transfusi tukar pada bayi sebelumnya.
6. Hematoma
sefal, ‘bruising’
7. ASI
eksklusif (bila berat badan turun > 12% BB lahir).
8. Ras
asia timur, jenis kelamin laki-laki, usia ibu < 25 tahun.
9. Ikterus
sebelum bayi dipulangkan.
10. ‘infant
Diabetic mother’, makrosomia.
11. Polisitemia.
Gejala
dan tanda klinis
Gejala
utamanya adalah kuning di kulit, konjungtiva dan mukosa.
Disamping
itu dapat pula disertai dengan gejala-gejala:
1. Dehidrasi.
2. Pucat.
3. Trauma
lahir.
4. Pletorik
(penumpukan darah).
5. Letargik
dan gejala sepsis lainnya.
6. Petekiae
(bintik merah di kulit).
7. Mikrosefali
(ukuran kepala lebih kecil dari normal).
8. Hepatosplenomegali
(pembesaran hati dan limfa).
9. Omfalitis
(peradangan umbilikus).
10. Hipotiroidisme
(defisiensi aktifitas tiroid).
11. Masa
abdominal kanan (sering berkaitan dengan duktus koledokus).
12. Feses
dempul disertai urin warna coklat.
Komplikasi
Terjadi
kernikterus yaitu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada
otak. Pada kernikterus gejala klinis pada permulaan tidak jelas antara lain:
-
Bayi tidak mau menghisap.
-
Letargi.
-
Mata berputar-putar.
-
Gerakan tidak menentu (involuntary
movements).
-
Kejang tonus oto meninggi.
-
Leher kaku.
-
Dan akhirnya opistotonus.
Bayi
yang selamat biasanya menderita gejala sisa berupa paralysis serebral dengan
atetosis, gangguan pendengaran, paralysis sebagian otot mata dan displasia
dentalis.
1. Terjadi
kernikterus
Yaitu
kerusakan otak akibat perlengkatan bilirubin indirek pada otak terutama pada
korpus striatum, talamus, nukleus, subtalamus, nukleus merah di dasar ventrikel
IV.
2. Bilirubin
Encephalophaty (komplikasi serius)
3. Komplikasi
yang ditimbulkan oleh terapi sinar setiap pengobatan akan selalu menimbulkan
efek samping. Dalam penelitian yang dilakukan selama ini, tidak ditemukan
pengaruh negetif terapi sinar terhadap tumbuh kembang bayi. Efek samping hanya
bersifat sementara, dan dapat
dicegah/diperbaiki dengan memperhatikan tata cara penggunaan terapi
sinar.
Kelainan
yang mungkin timbul akibat terapi sinar antara lain:
a. Peningkatan
kehilangan cairan tubuh bayi. Karena itu pemberian cairan harus diperhatikan
dengan sebaik-baiknya. Bila bayi bisa minum ASI, sesring mungkin berikan ASI.
b. Frekuensi
buang air besar meningkat karena hiperperistaltik (gerakan usus yang
meningkat0.
c. Timbul
kelainan kulit yang bersifat sementara pada muka, badan, dan alat gerak.
d. Kenaikan
suhu tubuh.
e. Kadang
pada beberapa bayi ditemukan gangguan minum,, rewel, yang hanya bersifat
sementara.
f. Komplikasi
biasanya bersifat ringan dan tidak sebanding dengan manfaat penggunaannya.
Karena itu terapi sinar masih merupakan pilihan dalam mengatasi
hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir.
Penatalakasanaan
Tujuan
utama dalam penatalaksanaan ikterus neonatorum adalah untuk mengendalikan agar
kadar bilirubin serum tidak mencapai nilai yang dapat menimbulkan
kernikterus/ensepalophaty bilirubin, serta mengobati penyebab langsung ikterus.
Pengendalian kadar bilirubin dapat dilakukan dengan mengusahakan agar konjugasi
bilirubin dapat lebih cepat berlangsung. Hal ini dapat dilakukan dengan
merangsang terbentuknya glukoronil transferase dengan pemberian obat-obatan
(luminal).
Tindakan
Umum
1. Memeriksa
golongan darah ibu (Rh, ABO) pada waktu hamil.
2. Mencegah
trauma lahir, pemberiaan obat pada ibu hamil atau bayi baru lahir yang dapat
menimbulkan ikterus, infeksi dan dehidrasi.
3. Pemberian
makanan dini dengan jumlah cairan dan kalori yang sesuai dengan kebutuhan bayi
baru lahir.
4. Imuniasasi
yang cukup baik di tempat bayi dirawat.
Tindakan
Khusus
1. Fototerapi
Dilakukan
apabila telah ditegakkan hiperbilirubin patologis dan berfungsi untuk
menurunkan bilirubin dalam kulit melalui tinja dan urine dengan oksidasi foto.
2. Pemberiaan
fenobarbital
Mempercepat
konjugasi dan mempermudah ekskresi. Namun pemberiaan ini tidak efektif karena
dapat menyebabkan gangguan metabolik dan pernafasan baik pada ibu dan bayi.
3. Memberi
substrat yang kurang untuk transportasi /konjugasi
Misalnya
pemberian albumin karena akan mempercepat keluarnya bilirubindari
ekstravaskuler ke vaskuler sehingga bilirubin lebih mudah dikeluarkan dengan
transfusi tukar.
4. Melakukan
dekomposisi bilirubin dengan fototerapi.
5. Untuk
mencegah efek cahaya berlebihan dari sinar yang ditimbulkan dan dikhawatirkan
akan merusak retina. Terapi ini juga digunakan untuk menuurunkan kadar
bilirubin serum pada neonatus dengan hiperbilirubin jinak hingga moderat.
6. Terapi
transfusi digunakan untuk menurunkan kadar bilirubin yang tinggi.
7. Terapi
obat-obatan
Misalnya
obat phenorbarbital/luminal untuk meningkatkan bilirubin di sel hati yang
menyebabkan sifat indirect menjadi direct. Selain itu juga berguna untuk
mengurangi timbulnya bilirubin dan mengangkut bilirubin bebas ke organ hati.
8. Menyusui
bayi dengan ASI.
9. Terapi
sinar matahari.
Tindakan
Lanjut
Tindakan
lanjut terhadap semua bayi yang menderita hiperbilirubin dengan evaluasi
berkala terhadap pertumbuhan, perkembangan dan pendengaran serta fisioterapi
dengan rehabilitasi terhadap gejala sisa.
Pencegahan
Ikterus
dapat dicegah sejak masa kehamilan, dengan cara pengawasan kehamilan dengan
baik dan teratur, untuk mencegah sedini mungkin infeksi pada janin, dan
hipoksia (kekurangan oksigen) pada janin di dalam rahim. Pada masa persalinan,
jika terjadi hipoksia, misalnya karena kesulitan lahir, lilitan tali pusat, dan
lain-lain, segera diatasi dengan cepat dan tepat. Sebaiknya sejak lahir
biasakan anak dijemur di bawah sinar matahari pagi sekitar pukul 07.00 sampai
08.00 pagi setiap hari selama 15 menit dengan membuka pakaiannya.
Ikterus
dapat dicegah dan dihentikan peningkatannya dengan:
1. Pengawasan
antenatal yang baik.
2. Menghindari
obat yang dapat meningkatkan ikterus pada bayi pada masa kehamilan dan
kelahiran, misalnya sulfafurazol, novobiosin, oksitosin dan lain-lain.
3. Pencegahan
dan mengobati hipoksia pada janin dan neonatus.
4. Pengguanaan
fenorbarbital pada ibu 1-2 hari sebelum partus.
5. Iluminasi
yang baik pada bangsal bayi baru lahir.
6. Pencegahan
infeksi.
Sumber
: Depkes RI. 2001. Jurnal
Klasifikasi Ikterus Fisiologis
dan Ikterus Patologis dalam Buku Bagan MTBM (Managemen Terpadu
Bayi Muda Sakit). Metode Tepat Guna untuk Paramedis, Bidan dan Dokter. Depkes
RI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar