DIARE
2.1. Definisi
Diare adalah suatu keadaan dimana
anak sering buang air besar dengan tinja yang encer sebagai akibat dari suatu
infeksi. Diare merupakan pengeluaran
feses yang tidak normal dan cair. Bisa juga didefinisikan sebagai buang air
besar yang tidak normal dan berbentuk cair dengan frekuensi lebih banyak dari
biasanya. Bayi dikatakan diare bila sudah lebih dari 3 kali buang air
besar, sedangkan neonatus dikatakan diare bila sudah lebih dari 4 kali buang
air besar.
2.2. Klasifikasi
1. Pada
anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi (kekurangan cairan).
Tanda-tandanya:
a.
Berak cair 1-2 kali sehari
b.
Tidak muntah dan haus
c.
Masih bisa maka
d.
Masih bisa bermain
Tindakan:
a.
Untuk mencegah dehidrasi, beri anak minum
lebih banyak dari biasany
b.
ASI (Air Susu Ibu) diteruskan
c.
Makanan diberikan seperti biasanya
d.
Bila keadaan anak bertambah berat,
segera bawa ke Puskesmas terdekat
2. Pada
anak yang mengalami diare dengan dehidrasi ringan/sedang.
Tanda-tandanya:
a.
Berak cair 4-9 kali sehari
b.
Kadang muntah 1-2 kali sehari
c.
Kadang panas
d.
Haus
e.
Tidak mau makan
f.
Badan lesu lemas
Tindakan:
a.
Berikan oralit
b.
ASI (Air Susu Ibu) diteruskan
c.
Teruskan pemberian makana
d.
Sebaiknya yang lunak, mudah dicerna dan
tidak merangsang
e.
Bila tidak ada perubahan segera bawa
kembali ke Puskesmas terdekat.
3. Pada
anak yang mengalami diare dengan dehidrasi berat.
Tanda-tandanya:
a. Berak
cair terus-menerus
b. Muntah
terus-menerus
c. Haus
sekali
d. Mata
cekung
e. Bibir
kering dan biru
f. Tangan
dan kaki dingin
g. Sangat
lemah
h. Tidak
mau makan
i.
Tidak mau bermain
j.
Tidak kencing 6 jam atau lebih
k. Kadang-kadang
dengan kejang dan panas tinggi
Tindakan:
a.
Segera bawa ke Rumah Sakit / Puskesmas
dengan fasilitas Perawatan
b.
Oralit dan ASI diteruskan selama masih
bisa minum
2.3 Penyebab
Diare dapat disebabkan karena
beberapa faktor, yaitu :
1. Infeksi
1) Enteral,
yaitu infeksi yang terjadi dalam saluran pencernaan dan merupakan penyebab
utama terjadinya diare. Infeksi enteral meliputi:
a. Infeksi
bakteri : Vibrio, E. Coli, Salmonella, Shigella campylobacter, Yersinia,
Aeromonas dan sebagainya;
b. Infeksi
virus : enterovirus, seperti virus ECHO, coxsackie, poliomyelitis, adenovirus,
rotavirus, astrovirus, dan sebagainya;
c. Infeksi
parasit : cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris, dan strongylodies), protozoa
(Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, dan trichomonas hominis), serta jamur
(Candida albicans).
2)
Parenteral, yaitu infeksi di bagian
tubuh lain di luar alat pencernaan, misalnya otitis media akut (OMA),
tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis, dan sebagainya.
2. Malabsorbsi
Karbohidrat : disakarida (intoleransi
laktosa, maltosa, dan sukrosa) serta monosakarida (intoleransi glukosa,
fruktosa, dan galaktosa). Pada anak dan bayi yang paling berbahaya adalah
intoleransi laktosa.
3. Makanan
Misalnya makanan basi, beracun, dan
alergi. Bayi bisa terinfeksi jika menelan organisme tersebut ketika melewati
jalan lahir yang terkontaminasi atau ketika disentuh/dipegang oleh tangan yang
terkontaminasi. Sumber penularan lainnya adalah barang-barang, makanan maupun
botol susu yang terkontaminasi.
4. Lingkungan
Diare lebih sering ditemukan pada
lingkungan yang kurang bersih atau pada lingkungan yang penuh sesak. Kadang infeksi bisa terjadi akibat menghirup
organisme yang melayang-layang di udara, terutama ketika sedang terjadi
wabah virus.
5. Psikologis,
misalnya rasa takut atau cemas.
2.4 Tanda
dan Gejala
1. Gelisah
2. Cengeng
3. Muntah
4. Tinja
berdarah
5. Demam
6. Penurunan
nafsu makan
7. Lemah
dan lesu
8. Diare
seringkali disertai oleh dehidrasi (kekurangan cairan).
Dehidrasi sedang menyebabkan kulit
keriput, mata dan ubun-ubun menjadi cekung (pada bayi yang berumur kurang dari
18 bulan).
Dehidrasi berat bisa berakibat
fatal, biasanya menyebabkan syok.
Tanda-tanda dehidrasi lainnya:
a.
penurunan berat badan
b.
penurunan frekuensi berkemih
c.
warna air kemih menjadi lebih gelap dan
lebih pekat
d.
denyut nadi cepat
e.
haus (rasa haus bisa ditunjukkan dengan
menangis dan rewel)
f.
menangis tanpa air mata.
g.
Diare bisa menyebabkan kehilangan cairan
dan elektrolit (misalnya natrium dan kalium), sehingga bayi menjadi rewel atau
terjadi gangguan irama jantung maupun perdarahan otak.
h. Untuk mengetahui organisme penyebabnya, dilakukan pembiakan terhadap
contoh tinja.
2.5 Patogenesis
Mekanisme dasar yang dapat menyebabkan terjadinya diare adalah
sebagai berikut:
1. Gangguan osmotic
Akibat adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap oleh tubuh
akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus. Isi rongga usus yang
berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkan isinya sehingga timbul
diare.
2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu, misalnya toksin pada dinding usus yang
akan menyebabkan peningkatan sekresi air dan elektrolit yang berlebihan ke
dalam rongga usus, sehingga akan terjadi peningkatan isi dari rongga usus yang
akan merangsang pengeluaran isi dari rongga usus dan akhirnya timbullah diare.
3. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan bagi usus
untuk menyerap makanan yang masuk, sehingga akan timbul diare. Akan
tetapi, apabila terjadi keadaan yang sebaliknya yaitu penurunan dari
peristaltik usus maka akan dapat menyebabkan diare juga.
2.6 Patogenesis
Diare Akut
1
Masuknya jasad renik yang masih hidup ke
dalam usus halus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung.
2
Jasad renik tersebut akan berkembang
biak (multiplikasi) di dalam usus halus.
3
Dari jasad renik tersebut akan keluar
toksin (toksin diaregenik).
4
Toksin diaregenik akan menyebabkan
hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.
2.7 Komplikasi
Komplikasi yang terjadi jika diare tidak tertangani secara tepat dan
tepat, antara lain:
1. Dehidrasi akibat kekurangan cairan dan elektrolit, yang dibagi
menjadi:
a. Dehidrasi ringan, apabila terjadi kehilangan cairan <5% BB
b. Dehidrasi sedang, apabila terjadi kehilangan cairan 5-10% BB
c. Dehidrasi berat, apabila terjadi kehilangan cairan >10-15% BB
2.
Renjatan hipovolemik akibat menurunnya
volume darah dan apabila penurunan volume darah mencapai 15-25% BB maka akan
menyebabkan penurunan tekanan darah
3.
Hipokalemia dengan gejala yang muncul
adalah meteorismus, hipotoni otot, kelemahan, bradikardi, dan perubahan pada
pemeriksaan EKG
4.
Hipoglikemia
5.
Intoleransi laktosa sekunder sebagai
akibat defisiensi enzim laktosa karena kerusakan vili mukosa usus halus
6.
Kejang
7.
Malnutrisi energi protein karena selain
diare dan muntah, biasanya penderita mengalami kelaparan
2.8 Penatalaksanaan
1. Pengobatan
a.
Pemberian cairan (rehidrasi awal dan
rumatan)
b.
Diatetik (pemberian makanan)
c.
Obat-obatan
Meskipun diare infeksius bisa
disebabkan oleh bakteri, tetapi tidak perlu diberikan antibiotik karena infeksi
biasanya akan mereda tanpa pengobatan.
Memberikan obat untuk menghentikan diare sebenarnya bisa membahayakan bayi karena obat ini bisa menghalangi usaha tubuh untuk membuang organisme penyebab infeksi melalui tinja.
Memberikan obat untuk menghentikan diare sebenarnya bisa membahayakan bayi karena obat ini bisa menghalangi usaha tubuh untuk membuang organisme penyebab infeksi melalui tinja.
d.
Teruskan pemberian ASI karena dapat
meningkatkan daya tahan tubuh
ASI tetap diberikan untuk mencegah
terjadinya kekurangan gizi dan mempertahankan pembentukan ASI oleh ibu. Jika
bayi tidak disusui oleh ibunya, sebaiknya segera setelah dehidrasinya teratasi,
diberikan susu formula yang tidak mengandung laktosa. Susu formula yang biasa
bisa diberikan secara bertahap beberapa hari kemudian.
e.
Langkah yang paling penting dalam
mengatasi diare adalah menggantikan cairan dan elektrolit yang hilang.Jika bayi
tampak sakit berat, cairan biasanya diberikan melalui infus. Jika penyakitnya
ringan, bisa diberikan cairan yang mengandung elektrolit melalui botol susu
atau gelas.
1)
Jumlah cairan yang diberikan adalah
100ml/kgBB/hari sebanyak 1 kali setiap 2 jam, jika diare tanpa dehidrasi.
Sebanyak 50% cairan ini diberikan dalam 4 jam pertama dan sisanya adlibitium
2)
Sesuaikan dengan umur anak:
a) <2
tahun diberikan ½ gelas;
b) 2-6
tahun diberikan 1 gelas;
c) >6
tahun diberikan 400cc (2 gelas).
3)
Apabila dehidrasi ringan dan diarenya 4
kali sehari, maka diberikan cairan 25-100 ml/kgBB dalam sehari atau setiap 2
jam
4)
Oralit diberikan sebanyak lebih kurang
100 ml/kgBB setiap 4-6 jam pada kasus dehidrasi ringan sampai berat
f.
Beberapa cara untuk membuat cairan rumah
tangga
1) Larutan
gula garam (LGG): 1 sendok teh gula pasir + ½ sendok teh garam dapur halus + 1
gelas air masak atau air teh hangat
2) Air
tajin (2 liter + 5g garam)
3) Cara
tradisional
liter air + 100g atau 6 sendok
makan beras dimasak selama 45-60 menit
4) Cara
biasa
2
liter air + 100g tepung beras + 5g garam
dimasak hingga mendidih
g. Beri larutan oralit
Takaran pemberian Oralit (Umur
Jumlah Cairan)
1) Di
bawah 1 tahun 3 jam pertama 1,5 gelas selanjutnya 0.5 gelas setiap kali mencret
2) Di
bawah 5 tahun (anak balita) 3 jam pertama 3 gelas, selanjutnya 1 gelas setiap
kali mencret.
3) Anak
diatas 5 tahun 3 jam pertama 6 gelas,
selanjutnya 1,5 gelas setiap kali mencret
4) Anak diatas 12 tahun & dewasa 3 jam
pertama 12 gelas, selanjutnya 2 gelas setiap kali mencret (1 gelas : 200 cc).
Dimana
Oralit dapat diperoleh:
Oralit dapat diperoleh di Puskesmas, Posyandu, Apotik dan Toko Obat
Oralit dapat diperoleh di Puskesmas, Posyandu, Apotik dan Toko Obat
2. Pencegahan
a.
Untuk mencegah diare akibat
infeksi rotavirus, bisa diberikan vaksin rotavirus per-oral (melalui mulut).
b.
Untuk mencegah penyebaran
infeksi, sebaiknya setelah merawat bayi yang sakit, tangan harus dicuci
bersih-bersih
c.
Pemberian ASI (Air Susu Ibu)
d.
Pemberian makanan pendamping
ASI yang bersih dan bergizi setelah bayi berumur 6 bulan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Diare adalah
suatu keadaan dimana anak sering buang air besar dengan tinja yang encer
sebagai akibat dari suatu infeksi. Bayi dikatakan diare bila sudah lebih dari 3
kali buang air besar, sedangkan neonatus dikatakan diare bila sudah lebih dari
4 kali buang air besar. Diare dikasifikai menjadi 3 yaitu : diare tanpa
dehidrasi (kekurangan cairan), diare dengan dehidrasi ringan/sedang, diare
dengan dehidrasi berat. Diare dapat disebabkan karena beberapa faktor, yaitu
Infeksi, malabsorbsi, makanan, lingkungan. Mekanisme dasar yang dapat
menyebabkan terjadinya diare yaitu angguan osmotic, gangguan sekresi, gangguan
motilitas usus. Komplikasi yang terjadi jika diare tidak tertangani secara
tepat dan tepat yaitu dehidrasi akibat kekurangan cairan dan elektrolit, renjatan
hipovolemik, hipokalemia, hipoglikemia, malnutrisi, kejang, Intoleransi laktosa
sekunder. Untuk mencegah diare akibat infeksi
rotavirus, bisa diberikan vaksin rotavirus per-oral (melalui mulut).sedangkan
untuk mencegah penyebaran infeksi, sebaiknya setelah merawat bayi yang sakit,
tangan harus dicuci bersih-bersih. Yang paling penting sarankan ibu untuk tetap
memberi ASI (Air Susu Ibu) dan memberi
makanan pendamping ASI yang bersih dan bergizi setelah bayi berumur 6 bulan.
Sebagian besar diare akut (diare mendadak) pada anak dapat disembuhkan hanya
dengan pemberian cairan dan meneruskan pemberian makanan saja.
DAFTAR PUSTAKA
Herry
gerna,Emelia Suroto-Hamzah, Heda melinda D, Nataprawira, Dwi P.Kejang demam.
2000. Pedoman diagnosis dan therapi Ilmu
kesehatan Anak. Edisi ke 2. Bandung : SMF Ilmu Kesehatan anak FKUP. hal.
478-479
Staf
pengajar Ilmu kesehatan anak FKUI. 1985. Buku
kuliah Ilmu kesehatan Anak. Jilid 2. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI.hal. 847-855
Markum,AH.,dkk.
Editor. 1996. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jilid I. Jakarta : BalaiPenerbit
FKUI.hal.446-448
Sudarti, Afroh Fauziah. 2012. Asuhan Kebidanan Pada Neonatus, Bayi, dan Anak Balita. Yogyakarta :
Medical Book.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar