Selasa, 07 Mei 2013

Kala II Persalinan


KALA II PERSALINAN

A. Latar Belakang
Perawatan tubuh dan perawatan penunjang selama kala dua persalinan merupakan kelanjutan asuhan yang dimulai selama kala satu persalinan.Dimodifikasi untuk memenuhi perubahan kebutuhan wanita yang berkembang selama persalinan. Keefektifan tindakan memberi kenyamanan bergantung pada bagaimana setiap wanita mengalami dan menerimanya
Wanita mungkin memerlukan bantuan dalam mengatur pernapasannya dan dalam mengefektifkan penggunaan upaya dorong alaminya.
Wanita perlu dipimpin untuk bernapas pendek dan cepat jika ia merasa ingin mendorong. Bernapas pendek dan cepat dapat berarti melakukan inhalasi dengan cepat diikuti ekshalasi yang kuat dan segera diulangi. Pernapasan pendek dan cepat juga dapat berarti napas tenggorok yang dangkal dan cepat.
Lesser dan Keane dalam buku Midwifery oleh Varney, 2002 menyatakan bahwa kebutuhan ibu selama persalinan antara lain :
Perawatan tubuh, pendampingan oleh keluarga, bebas dari rasa nyeri persalinan, penghormatan akan budaya, dan informasi tentang diri dan janinnya. asuhan tubuh artinya metode sentuhan oleh pendamping persalinan, misalnya : mengusap mata dengan washlap lembab, memperhatikan kebersihan tubuh, memperhatikan kebersihan pada vulva agar ibu nyaman dan pemberian nutrisi.
B. Rumusan Masalah
1.   Apakah yang dimaksud persalinan kala dua itu?
2.   Bagaimanakah perubahan fisiologis pada persalinan kala dua?
3.   Bagaimanakah posisi dan mekanisme persalinan pada kala dua?

C. Tujuan Masalah
Adapun beberapa tujuan penulisan makalah ini antara lain :
1.   Untuk mengetahui dan memahami tentang persalinan kala dua
2.   Untuk menjelaskan berbagai fisiologis pada persalinan kala dua
3.   Untuk mengetahui posisi dan mekanisme persalinan pada kala dua

 

D. Metode Penulisan

1.   Studi Keperpustakaan Yaitu dengan mempelajari buku-buku dan sumber lain untuk mendapatkan dasar-dasar ilmiah yang berhubungan dengan penulisan makalah ini.
2.   Studi Dokumentasi Yaitu dengan cara mempelajari dan menyalin data sehingga dapat dijadikan sebagai pendukung dalam menganalisa data

A.    PENGERTIAN
Persalinan Kala Dua adalah proses pengeluaran buah kehamilan sebagai hasil pengenalan proses dan penatalaksanaan kala pembukaan yang dimulai dengan pembukaan lengkap dari serviks dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala dua persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala dua juga disebut sebagai kala pengeluaran bayi.
Lamanya kala dua menurut Friedman adalah 1 jam untuk primigravida dan 15 menit untuk multigravida. Pada kala 2 yang berlangsung lebih dari 2 jam pada primigravida atau 1 jam pada multipara dianggap sudah abnormal oelh mereka yang setuju dengan pendapat Friedman, tetapi saat ini hal tersebut tidak mengindikasikan perlunya melahirkan bayi dengan forceps atau vakum ekstraksi.
Kala dua persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala dua juga disebut sebagai kala pengeluaran bayi. Kontraksi selama kala dua adalah sering, kuat dan sedikit lebih lama yaitu kira-kira 2 menit yang berlangsung 60-90 detik dengan interaksi tinggi dan semakin ekspulsif sifatnya.

B.     PERUBAHAN FISIOLOGIS PADA KALA DUA PERSALINAN
Perubahan – perubahan pada uterus dan jalan lahir dalam persalinan :
1.      Keadaan segmen atas dan segmen bawah rahim
Sejak kehamilan yang lanjut uterus dengan jelas terdiri dari 2 bagian, ialah segmen atas rahim yang dibentuk oleh korpus uteri dan segmen bawah rahim yang terjadi dari istmus uteri. Dalam persalinan perbedaannya lebih jelas lagi. Segmen atas berkontraksi dan dindingnya bertambah tebal dengan majunya persalinan. Sebaliknya, segmen bawah rahim dan serviks mengadakan relaksasi dan dilatasi menjadi saluran tipis dan teregang yang akan dilalui bayi.
Segmen atas makin lama makin mengecil, sedangkan segmen bawah makin diregang dan makin tipis dan isi rahim sedikit demi sedikit pindah ke segmen bawah. Karena segmen atas makin tebal dan segmen bawah makin tipis, maka batas antara segmen atas dan segmen bawah menjadi jelas. Batas ini disebut lingkaran retraksi yang fisiologis. Kalau segmen bawah sangat diregang maka lingkaran retraksi lebih jelas lagi dan naik mendekati pusat dan disebut lingkaran retraksi yang patologis (Lingkaran Bandl). Lingkaran Bandl adalah tanda ancaman robekan rahim dan terjadi jika bagian depan tidak dapat maju misalnya panggul sempit.
a.       Perubahan bentuk rahim
Pada tiap kontraksi sumbu panjang rahim bertambah panjang sedangkan ukuran melintang maupun ukuran muka belakang berkurang.
b.      Faal ligamentum rotundum dalam persalinan
Ligamentum rotundum mengandung otot–otot polos dan kalau uterus berkontraksi, otot–otot ligamentum rotundum ikut berkontraksi hingga ligamentum rotundum menjadi pendek.
c.       Perubahan serviks
Serviks akan mengalami pembukaan yang biasanya didahului oleh pendataran serviks yaitu pemendekan dari kanalis servikalis, yang semula berupa sebuah saluran yang panjangnya 1-2 cm, menjadi suatu lubang saja dengan pinggir yang tipis. Lalu akan terjadi pembesaran dari ostium eksternum yang tadinya berupa suatu lubang dengan diameter beberapa milimeter menjadi lubang yang dapat dilalui anak, kira–kira 10 cm. Pada pembukaan lengkap tidak teraba lagi bibir portio, segmen bawah rahim, serviks dan vagina telah merupakan satu saluran.
d.      Perubahan pada vagina
Sejak kehamilan vagina mengalami perubahan–perubahan sedemikian rupa, sehingga dapat dilalui bayi. Setelah ketuban pecah, segala perubahan, terutama pada dasar panggul diregang menjadi saluran dengan dinding–dinding yang tipis oleh bagian depan anak. Waktu kepala sampai di vulva, lubang vulva menghadap ke depan atas.

C.    POSISI MENERAN
Tenaga kesehatan/bidan hendaknya membiarkan ibu bersalin dan melahirkan dalam posisi yang dipilihnya dan bukan posisi terlentang atau litotomi
a.    Posisi terlentang bisa menyebabkan hipotensi karena bobot uterus dan isinya akan menekan aorta, vena kava inferior serta pembuluh2 lain dari sistem vena tersebut. hipotensi ini bisa menyebabkan ibu pingsan dan seterusnya bisa mengarah ke anoreksia janin
b.   Posisi litotomi bisa menyebabkan kerusakan pada syaraf di kaki dan di punggung dan akan ada rasa sakit yang lebih banyak di daerah punggung pada masa postpartum(nifas)
c.    Posisi berjongkok, menggunakan gaya gravitasi untuk membantu turunnya bayi serta dapat melebarkan rongga panggul
d.   Posisi duduk, memanfaatkan gaya gravitasi untuk membantu turunnya bayi, serta memberi kesempatan bagi ibu untuk istirahat diantara kontraksi
e.    Posisi berlutut, dapat mengurangi rasa sakit serta membantu bayio dalam mengadakan rotasi posisi yang diharapkan (ubun-ubun kecil depan) dan juga untuk mengurangi keluhan haemoroid
f.    Posisi berjongkok atau berdiri, dapat memudahkan dalam pengosongan kandung kemih. kandung kemih yang penuh akan dapat memperlambat penurunan bagian bawah janin.
g.   Posisi berjalan, berdiri dan bersandar. efektif dalam membantu stimulasi kontraksi uterus serta dapat memanfaatkan gaya gravitasi.
h.   Dengan kebebasan untuk memutuskan posisi yang dipilhnya, ibu akan lebih merasa aman. karena fokus utama kita adalah berpusdat kepada kenyamanan klien(ibu) bukan nakes.

D.    PEMANTAUAN KALA II
1.     Pemantauan ibu
Tanda-tanda dan gejala kala II :
a.       ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi
b.      ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rektum dan atau vagina
c.       perineum terlihat menonjol (perjol)
d.      vulva-vagina dan spingter ani terlihat membuka
e.       peningkatan pengeluaran lendir dan darah

Evaluasi kesejahteraan ibu
a.       tanda-tanda vital: tekanan darah (tiap 30 menit), suhu, nadi(tiap 30 menit), pernafasan
b.      kandung kemih
c.       urine: protein dan keton
d.      hidrasi: cairan, mual, muntah
e.       kondisi umum: kelemahan dan keletihan fisik, tingkah laku dan respon terhadap persalinan serta nyeri dan kemampuan koping
f.       upaya ibu meneran
g.      kontraksi tiap 30 menit
  Kemajuan persalinan
a.       kemajuan persalinan cukup baik bila penurunan yang teratur dari janin di jalan lahir serta dimulainya fase pengeluaran
b.      lama kala II rata2 menurut Friedman adalah satu jam untuk primigravida dan 15 menit untuk multipara
c.       pada kala II yang berlangsung lebih dari 2 jam bagi primigravida atau 1 jam bagi multipara dianggap sudah abnormal oleh mereka yang setuju dengan pendapat Friedman tetapi saat ini hal tersebut tidak mengindikasikan perlunya melahirkan bayi dengan forceps atau vacum ekstraksi.
d.      kontraksi selama kala II adalah sering, kuat dan sedikit lebih lama, yaitu kira2 2 menit, yang berlangsung 60-90 detik dengan interaksi tinggi dan semakin ekspulsif sifatnya.

2.      Pemantauan Janin
a.       denyut jantung janin (DJJ)
1.      denyut dasar 120-160 x/menit
2.      perubahan DJJ, pantau tiap 15 menit
3.      variasi DJJ dari DJJ dasar
4.      pemeriksaan auskultasi DJJ setiap 30 menit
b.      warna dan adanya air ketuban (jernih, keruh, kehijauan/tercampur mekonium)
c.       penyusupan kepala janin

Kondisi yang harus diatasi sebelum penatalaksanaan kala II :
a.       syok
b.      dehidrasi
c.       infeksi
d.      preeklampsia/eklampsia
e.       inersia uteri
f.       gawat janin
g.      penurunan kepala terhenti
h.      adanya gejala dan tanda distosia bahu
i.        pewarnaan mekonium pada cairan ketuban
j.        kehamilan ganda(kembar/gemelli)
k.      tali pusat menumbung/lilitan tali pusat




Asuhan Dukungan
a.       pemberian rasa aman, dukungan dan keyakinan kepada ibu bahwa ibu mampu bersalin
b.      membantu pernafasan
c.       membantu teknik meneran
d.      ikut sertakan serta menghormati keluarga yang menemani
e.       berikan tindakan yang menyenangkan
f.       penuhi kebutuhan hidrasi
g.      penerapan Pencegahan Infeksi (PI)
h.      pastikan kandung kemih kosong

E.     MEKANISME PERSALINAN NORMAL PADA KALA II
Mekanisme persalinan adalah rangkaian gerakan pasif dari janin terutama yang terkait dengan bagian terendah janin (presenting part). Secara singkat dapat disimpulkan bahwa selama proses persalinan janin melakukan gerakan utama yaitu turunnya kepala, fleksi, putaran paksi dalam, ekstensi, putaran paksi luar, dan ekspulsi. Dalam kenyataannya beberapa gerakan terjadi bersamaan.

F.     MENOLONG PERSALINAN SESUAI APN
a.      Mendengar dan Melihat Adanya Tanda Persalinan Kala Dua.
b.     Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk mematahkan ampul oksitosin & memasukan alat suntik sekali pakai 2½ ml ke dalam wadah partus set.
c.       Memakai celemek plastik.
d.     Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan dengan sabun & air mengalir.
e.      Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yang akan digunakan untuk pemeriksaan dalam.
f.      Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan oksitosin dan letakan kembali kedalam wadah partus set.
g.     Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dengan gerakan vulva ke perineum.
h.      Melakukan pemeriksaan dalam–pastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput ketuban sudah pecah.
i.        Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%.
j.        Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai–pastikan DJJ dalam batas normal (120 – 160 x/menit).
k.      Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, meminta ibu untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran.
l.        Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (Pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman).
m.    Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran.
n.      Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
o.      Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5–6 cm.
p.      Meletakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu
q.      Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan
r.        Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
s.       Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5–6 cm, memasang handuk bersih untuk menderingkan janin pada perut ibu.
t.        Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin
u.      Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara spontan.
v.      Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental. Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu depan muncul dibawah arkus pubis dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
w.    Setelah bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang tangan dan siku sebelah atas.
x.      Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung kearah bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan jari telunjuk tangan kiri diantara kedua lutut janin)


G.    MANUVER TANGAN DAN LANGKAH – LANGKAH DALAM MELAHIRKAN, MEMBANTU KELAHIRAN BAHU
1.      Melahirkan kepala
Saat kepala bayi membuka vulva (5-6 cm), letakkan kain yang bersih dan kering yang dilipat 1/3 nya di bawah bokong ibu dan siapkan kain atau handuk bersih di atas perut ibu (untuk mengeringkan bayi segera setelah setelah lahir). Lindungi perineum dengan satu tangan (di bawah kain bersih dan kering), ibu jari pada salah satu sisi perineum dan 4 jari tangan pada sisi yang lain dan tangan yang lain pada belakang kepala bayi. Tahan belakang kepala bayi agar posisi kepala tetap fleksi pada saat keluar secara bertahap melewati introitus dan perineum.
2.      Melahirkan bahu
a.       Setelah menyeka mulut dan hidung bayi dan memeriksa tali pusat, tunggu kontraksi berikut sehingga terjadi putaran paksi luar secara spontan
b.      Letakkan tangan pada sisi kiri dan kanan kepala bayi, minta ibu meneran sambil menekan kepala ke arah bawah dan lateral tubuh bayi hingga bahu melewati simfisis
c.       Setelah bahu depan lahir, gerakkan kepala ke atas dan lateral tubuh bayi sehingga bahu bawah dan seluruh dada dapat dilahirkan.
3.      Melahirkan seluruh tubuh bayi
a.    Saat bahu posterior lahir, geser tangan bawah (posterior) ke arah perineum dan sanggah bahu dan lengan atas bayi pada tangan tersebut
b.   Gunakan tangan yang sama untuk menopang lahirnya siku dan tangan posterior saat melewati perineum
c.    Tangan bawah (posterior) menopang samping lateral tubuh bayi saat lahir
d.   Secara simultan, tangan atas (anterior) untuk menelusuri dan memegang bahu, siku dan lengan bagian anterior
e.    penelusuran dan memegang tubuh bayi ke bagian punggung, bokong dan kaki
f.    Dari arah belakang, sisipkan jari telunjuk tangan atas diantara kedua kaki bayi yang kemudian dipegang dengan ibu jari dan ketiga jarti tangan lainnya
g.   Letakkan  bayi di atas kain atau handuk yang telah disiapkan pada perut bawah ibu dan posisikan kepala bayi sedikit lebih rentan dari tubuhnya
h.   Segera keringkan sambil melakukan rangsangan taktil pada tubuh bayi dengan kain atau selimut di atas perut ibu. Pastikan bahwa kepala bayi tertutup dengan baik.


H.    AMNIOTOMI ( PEMECAHAN AIR KETUBAN )
Amniotomi/pemecahan selaput ketuban dilakukan bila selaput ketuban masih utuh, ada dorongan yang besar.
Manfaat yang diperkirakan :
1.      persalinan bertambah cepat
2.      deteksi dini kasus pencemaran mekonium pada cairan amnion
3.      kesempatan untuk memasang elektroda ke janin serta memasukkan pressure catheter ke dalam rongga uterus
Jika amniotomi dilakukan, harus diupayakan menggunakan teknik aseptik. Yang penting kepala janin harus tetap berada di serviks dan tidak dikeluarkan dari panggul selama prosedur; karena tindakan seperti itu akan menyebabkan prolaps tali pusat.
Selama selaput ketuban masih utuh, janin akan terhindar dari infeksi dan asfiksia. Cairan amniotic berfungsi sebagai perisai yang melindungi janin dari tekanan penuh dikarenakan kontraksi. Oleh karena itu perlu dihindarkan amniotomi dini pada kala I. Biasanya, selaput ketuban akan pecah secara spontan.
                        Keuntungan tindakan amniotomi :
a.       Untuk melakukan pengamatan ada tidaknya mekonium
b.      Menentukan punctum maksimum DJJ akan lebih jelas
c.       Mempermudah perekaman pada saat memantau janin
d.      Mempercepat proses persalinan karena mempercepat proses pembukaan serviks

               Kerugian tindakan Amniotomi :
a.       Dapat menimbulkan trauma pada kepala janin yang mengakibatkan kecacatan pada tulang kepala akibat dari tekanan deferensial meningkat.
b.      Dapat menambah kompresi tali pusat akibat jumlah cairan amniotic berkurang.
Indikasi amniotomi :
a.       Pembukaan lengkap
b.      Pada kasus solutio plasenta
Apabila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah lengkap maka perlu dilakukan tindakan amniotomi. Perhatikan warna air ketuban yang keluar saat dilakukan amniotomi. Jika terjadi pewarnaan mekonium pada air ketuban maka dilakukan persiapan pertolongan bayi setelah lahir karena hal tersebut menunjukkan adanya hipoksia dalam rahim atau selama proses persalinan.

Penatalaksanaan amniotomi :
a.       Membahas prosedur bersama ibu dan keluarganya dan jawab pertanyaan apapun yang mereka ajukan
b.      Dengarkan denyut jantung janin (DJJ) dan catat pada partograf.
c.       Cuci kedua tangan.
d.      Pakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril.
e.       Diantara kontraksi lakukan pemeriksaan dalam dengan hati-hati. Raba dengan hati-hati selaput ketuban untuk memastikan bahwa kepala telah masuk dengan baik (masuk ke dalam panggul) dan bahwa tali pusat atau bagian-bagian tubuh yang kecil dari bayi bisa dipalpasi, jangan pecahkan selaput ketuban.

Catatan :
pemeriksaan dalam yang dilakukan di antara kontraksi seringkali lebih nyaman untuk ibu. Tapi jika selaput ketuban tidak dapat diraba di antara kontraksi, tunggu sampai kekuatan kontraksi berikutnya mendorong cairan ketuban dan membuatnya lebih mudah untuk dipalpasi dan dipecahkan.
f.       Dengan menggunakan tangan yang lain, tempatkan klem setengah Kocher atau setengah Kelly disinfeksi tingkat tinggi atau steril dengan lembut ke dalam vagina dan pandu klem dengan jari dari tangan yang digunakan untuk pemeriksaan hingga mencapai selaput ketuban.
g.      Pegang ujung klem diantara ujung jari pemeriksaan, gerakkan jari dengan lembut gosokkan klem pada selaput ketuban dan pecahkan
Catatan :
Seringkali lebih mudah untuk memecahkan selaput ketuban diantara kontraksi ketika selaput ketuban tidak tegang, hal ini juga akan mencegah air ketuban menyemprot pada saat selaput ketuban dipecahkan.
h.      Biarkan air ketuban membasahi jari tangan yang digunakan untuk pemeriksaan.
i.        Gunakan tangan yang lain untuk mengambil klem dan menempatkannya ke dalam larutan klorin 0,5 % untuk didekontaminasi. Biarkan jari tangan pemerikasaan tetap di dalam vagina untuk mengetahui penurunan kepala janin dan memastikan bahwa tali pusat atau bagian kecil dari bayi tidak teraba. Setelah memastikan penurunan kepala dan tidak ada tali pusat bagian-bagian tubuh bayi yang kecil, keluarkan tangan pemeriksa secara lembut dari dalam vagina.
j.        Evaluasi warna cairan ketuban, periksa apakah ada mekonium atau darah (lebih banyak dari bercak bercampur darah yabg normal). Jika mekonium atau darah (lebih banyak dari bercak bercampur darah yang normal). Jika mekonium atau darah terlihat, lihat table 2-1 untuk langkah-langkah gawat darurat.
k.      Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, lalu lepaskan sarung tangan dan biarkan terendam di larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
l.        Cuci kedua tangan
m.    Segera periksa ulang DJJ
n.      Catat pada partograf waktu dilakukannya pemecahan selaput ketuban, warna air ketuban dan DJJ.
I.       EPISIOTOMI
Episiotomi adalah suatu sayatan di dinding belakang vagina agar bukaan lebih lebar sehingga bayi dapat keluar dengan lebih mudah.
Dapat dimengerti jika kaum wanita khawatir kalau-kalau sayatan atau robekan akan memengaruhi vagina dan perineum (kulit antara vagina dan anus) sehingga kelak hubungan seksual akan menyakitkan, atau area tersebut menjadi jelek, atau tidak memungkinkan penggunaan tampon. Wanita yang pernah mengalami pelecehan seksual sering takut jika mendengar penyayatan karena ini mengingatkan pada kerusakan yang pernah mereka alami.
Pada masa yang lalu, tindakan episiotomi dilakukan secara rutin terutama pada primipara. Tindakan ini bertujuan untuk mencegah trauma pada kepala janin, mencegah kerusakan pada spinter ani serta lebih mudah untuk menjahitnya. Namun hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada bukti yang mendukung manfaat episiotomi
Pada kenyataannya tindakan episiotomi dapat menyebabkan peningkatan jumlah kehilangan darah ibu, bertambah dalam luka perineum bagian posterior, meningkatkan kerusakan pada spinter ani dan peningkatan rasa nyeri pada hari-hari pertama post partum.
Dianjurkan untuk melakukan episiotomi pada primigravida atau pada wanita dengan perineum yang kaku. Episiotomi ini dilakukan bila perineum telah menipis dan kepala janin tidak masuk kembali ke dalam vagina. Ketika kepala janin akan mengadakan defleksi dengan suboksiput di bawah simfisis sebagai hipomoklion, sebaiknya tangan kiri menahan bagian belakang kepala dengan maksud agar gerakan defleksi tidak terlalu cepat.
Dengan demikian, ruptura perinei dapat dihindarkan. Untuk mengawasi perineum ini posisi miring (Sims position) lebih menguntungkan dibandingkan dengan posisi biasa. Akan tetapi, bila perineum jelas telah tipis dan menunjukkan akan timbul ruptura perinei, maka sebaiknya dilakukan episiotomi.
Macam – Macam Episiotomi :
a.       Episotomi mediana, dikerjakan pada garis tengah
b.      Episiotomi mediolateral, dikerjakan pada garis tengah yang dekat muskulus sfingter ani, dan diperluas ke sisi
c.       Episiotomi lateral, yang sering terjadi perdarahan
Keuntungan episiotomi mediana :
Tidak menimbulkan perdarahan banyak dan penjahitan kembali lebih mudah, sehingga sembuh per primam dan hampir tidak berbekas.
Bahayanya episiotomi:
Dapat menimbulkan ruptura perinei totalis.Dalam hal ini muskulus sfingter ani eksternus dan rektum ikut robek pula.Perawatan ruptura perinei totalis harus dikerjakan serapi-rapinya, agar jangan sampai gagal dan timbul inkontinensia alvi.
Indikasi Episiotomi :
1.      Gawat janin. Untuk menolong keselamatan janin, maka persalinan harus segera diakhiri.
2.      Persalinan pervaginam dengan penyulit, misalnya presbo, distoksia bahu, akan dilakukan ekstraksi forcep, ekstraksi vacuum
3.       Jaringan parut pada perineum ataupun pada vagina
4.       Perineum kaku dan pendek
5.       Adanya rupture yang membakat pada perineum
6.      .Premature untuk mengurangi tekanan

J. KASUS INPARTU KALA II
Ny. W, umur 21 tahun ingin melahirkan anak ke 2, tidak pernah keguguran(P2A0). Mulai nyeri pinggang menjalar ke perut bagian bawah sejak pukul 23.00 WIB, mulai keluar lendir bercampur darah sejak pukul 01.00 WIB. Nyeri pada perut semakin bertambah, ada rasa ingin mengedan seperti mau buang air besar kemudian keluar lendir bercampur darah semakin banyak. Keadaan umum :Baik, TD : 120/80 mmHg, nadi: 80 X/ menit,respirasi : 20 X/ menit, suhu : 37ยบ C, Kandung kemih : kosong, DJJ : +, Frekuensi :136 X / menit,Punctum maksimum 2 jari di bawah pusat,sebelah kiri perut ibu, HIS 5 X dalam 10 menit lamanya 45 detik, Portio tidak teraba lagi, Pembukaan lengkap, Vulva membuka, Perinium menonjol. Adanya tekanan anus.

KESIMPULAN
1.      Asuhan persalinan pada kala II meliputi perubahan fisiologis pada kala  II, posisi meneran, pemantauan kala II, mekanisme persalinan normal, menolong persalinan sesuai dengan APN, manuvertangan dan langkah – langkah dalam persalinan.
2.      Selain itu juga dapat dilakukan tindakan Amniotomi dan Episiotomi sesuai dengan indikasi.
3.      Amniotomi adalah pemecahan  selaput ketuban.
4.      Episiotomi adalah suatu sayatan di dinding belakang vagina agar bukaan lebih lebar sehingga bayi dapat keluar dengan lebih mudah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar