Hipotermia
2.1
Definisi
Hipotermia
adalah kondisi di mana tubuh kita mengalami penurunanan suhu inti (suhu organ
dalam). Hipotermia bisa menyebabkan terjadinya pembengkakan di seluruubuh
(Edema Generalisata), menghilangnya reflex tubuh (areflexia), koma,
hingga menghilangnya reaksi pupil mata. Disebut hipotermia berat bila suhu
tubuh < 320C. Untuk mengukur suhu tubuh pada hipotermia diperlukan
termometer ukuran rendah (low reading termometer) sampai 250C.
Di samping sebagai suatu gejala, hipotermia dapat merupakan awal
penyakit yang berakhir dengan kematian
Bayi
hipotermi adalah bayi dengan suhu badan di bawah normal. Suhu normal pada bayi
neonatus adalah adalah 36,5-37,5 derajat Celsius (suhu ketiak). Hipotermi
merupakan salah satu penyebab tersering dari kematian bayi baru lahir, terutama
dengan berat badan kurang dari 2,5 Kg Gejala awal hipotermi apabila suhu kurang
dari 36 derajat Celsius atau kedua kaki dan tangan teraba dingin.
Selain itu ada beberapa definisi
mengenai hipotermia antara lain:
a. Keadaan dimana seorang individu
gagal mempertahankan suhu tubuh dalam batasan normal 36-37,5ºC.
b. Keadaan dimana seorang individu
mengalami atau berisiko mengalami penurunan suhu tubuh terus-menerus dibawah
35, 5ºC per rektal karena peningkatan kerentanan terhadap faktor-faktor
eksternal.
c. Keadaan dimana seorang individu
mengalami atau berisiko mengalami penurunan suhu tubuh terus-menerus dibawah
35, 5ºC per rektal karena peningkatan kerentanan terhadap faktor-faktor
eksternal.
Mekanisme terjadinya
hipotermi
Penurunan suhu tubuh pada bayi
terjadi melalui :
1. Tidak segera diberi pakaian, tutup
kepala, dan dibungkus,
2. Bayi berat lahir rendah yaitu bayi
lahir dengan berat badan kurang dari 2,5 kg atau bayi dengaan lingkar lengan
kurang dari 9,5 cm atau bayi dengan tanda-tanda otot lembek, kulit kerput.Bayi
lahir sakit seperti asfiksia, infeksi sepsis dan sakit berat.
3. Evaporasi (menguapnya cairan dari
kulit bayi yang basah)adalah cairan atau air ketuban yang membasahi kulit bayi
menguap. misalnya: Ketika bayi baru lahir tidak segera dibersihkan, lalu
terlalu cepat dimandikan.
4. Radiasi (memancarnya panas tubuh
bayi ke lingkungan sekitar yang lebih dingin)adalah panas yang hilang dari
obyek yang hangat (bayi) ke obyek yang dingin atau panas tubuh bayi
memancar ke lingkungan sekitar bayi yang lebih dingin misalnya:
diletakkan pada ruangan yang dingin, tidak segera didekapkan pada ibunya,
dipisahkan dari ibunya, tidak segera disusui ibunya.
5. Konduksi (pindahnya panas
tubuh apabila kulit bayi langsung kontak denganpermukaan yang lebih
dingin)adalah pindahnya panas tubuh bayi karena kulit bayi langung kontak
dengan permukaan yang lebih dingin misalnya: tidak segera diberi pakaian, tutup
kepala, dan dibungkus.
6. Konveksi yaitu hilangnya panas tubuh
bayi karna aliran udara sekeliling bayi:misalnya bayi baru lahir diletakkan di
dekat pintu,jendela terbuka.
Menurut (Yunanto, 2008:42)
penurunan suhu tubuh dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Anamnesa
|
Pemeriksaan
|
Klasifikasi
|
a. Bayi
terpapar suhu lingkungan yang rendah waktu timbulnya kurang dari 2 hari
|
a. Suhu
tubuh 32˚ C – 36,4˚ C
b. Gangguan
napas
c. Denyut
jantung <100 kali permenit
d. Malas
minum
e. letargi
|
Hipotermia sedang
|
a. Bayi
terpapar suhu lingkungan yang rendah waktu timbulnya kurang dari 2 jam
|
a. Suhu
tubuh < 32˚ C
b. Tanda
hipotermia sedang
c. Kulit
teraba keras
d. Napas
pelan dan dalam
|
Hipotermia berat
|
2.2
Faktor resiko
1.
Perawatan yang kurang tepat saat bayi lahir
2.
Bayi dipisahkan dari ibunya segera setelah bayi lahir
3.
BBRL dan Prematur
4.
Kurang terjaganya suhu badan bayi
5.
Bayi dengan hipoksia, asfiksia
6.
Kondisi neurologik seperti meningitis dan perdarahan
cerebral
7.
Pengeringan yang tidak adekuat setelah kelahiran
8.
Eksposure suhu lingkungan yang dingin
2.3 Penyebab
Berikut penyebab terjadinya penurunan suhu tubuh pada bayi :
1. Luas permukaan tubuh pada bayi baru
lahir (terutama jika berat badannya rendah), relatif lebih besar dibandingkan
dengan berat badannya sehingga panas tubuhnya cepat hilang.
Pada cuaca dingin, suhu tubuhnya cenderung menurun.Panas tubuh juga bisa hilang melalui penguapan, yang bisa terjadi jika seorang bayi yang baru lahir dibanjiri oleh cairan ketuban.
Pada cuaca dingin, suhu tubuhnya cenderung menurun.Panas tubuh juga bisa hilang melalui penguapan, yang bisa terjadi jika seorang bayi yang baru lahir dibanjiri oleh cairan ketuban.
2. Jaringan lemak subkutan tipis.
3. Perbandingan luas permukaan tubuh
dengan berat badan besar.
4. Cadangan glikogen dan brown fat
sedikit.
5. BBL (Bayi Baru Lahir) tidak
mempunyai respon shivering (menggigil) pada reaksi kedinginan.
6. Kurangnya pengetahuan perawat dalam
pengelolaan bayi yang beresiko tinggi mengalami hipotermi.
7. Pusat pengaturan suhu tubuh pada
bayi belum berfungsi dengan sempurna
8. Permukaan tubuh bayi relatif lebih
luasTubuh bayi terlalu kecil untuk memproduksi dan menyimpan panas.
9. Bayi belum mampu mengatur posisi
tubuh dan pakainnya agar dia tidak kedinginan
10. Keadaan yang
menimbulkan kehilangan panas yang berlebihan, seperti lingkungan dingin, basah,
atau bayi yang telanjang,cold linen, selama
perjalanan dan beberapa keadaan seperti mandi, pengambilan sampel darah,
pemberian infus, serta pembedahan. Juga peningkatan aliran udara dan penguapan.
11. Ketidaksanggupan
menahan panas, seperti pada permukaan tubuh yang relatif luas, kurang lemak,
ketidaksanggupan mengurangi permukaan tubuh, yaitu dengan memfleksikan tubuh
dan tonus otot yang lemah yang mengakibatkan hilangnya panas yang lebih besar
padaBBLR.
12. Kurangnya metabolisme untuk
menghasilkan panas, seperti defisiensib ro wn fat, misalnya bayi preterm,
kecil masa kelahiran, kerusakan sistem syaraf pusat sehubungan dengan anoksia,
intra kranial hemorrhage, hipoksia, dan hipoglikemia
13. Hipotermi dapat terjadi setiap saat
apabila suhu disekelilingi bayi rendah dan upaya mempertahankan suhu tubuh
tidak di terapkan secara tepat,terutama pada masa stabilisasi yaitu:6-12 jam
pertama setelah lahir.
2.4 Etiologi
Perinatal
ada;ah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus menyesuaikan diri
dari kehidupan intera uterin ke kehidupan ekstra uterin selama 28 hari. Empat
aspek transisi pada bayi baru lahir dimasa perinatal yang cepat berlangsung
adalah sistem pernapasan, sirkulasi, dan kemampuan menghasilkan sumber glukosa.
(Rukiyah dkk, 2010:2).
Penyebab terjadinya hipotermi pada
BBL di masa perinatal yaitu:
1. jaringan lemak subkutan tipis,
2. perbandingan luas permukaan tubuh
dengan berat badan besar,
3. bayi baru lahir tidak mempunyai
respon shivering (menggigil) pada reaksi kedinginan,
4. asfiksia yang hebat,
5. resusitasi yang ekstensif,
6. lambat sewaktu mengeringkan bayi,
7. distress pernapasan,
8. sepsis,
9. pada bayi prematur atau bayi
kecilmemiliki cadangan glukosa yang sedikit.
Neonatus mudah sekali terkena
hipotermi yang disebabkan oleh:
1. Pusat pengaturan suhu tubuh pada
bayi belum berfungsi dengan sempurna
2. Permukaan tubuh bayi relatif lebih
luas
3. Tubuh bayi terlalu kecil untuk
memproduksi dan menyimpan panas
4. Bayi belum mampu mengatur posisi tubuh
dan pakainnya agar dia tidak kedinginan
5. Keadaan yang
menimbulkan kehilangan panas yang berlebihan, seperti lingkungan dingin, basah,
atau bayi yang telanjang,cold linen, selama
perjalanan dan beberapa keadaan seperti mandi, pengambilan sampel darah, pemberian
infus, serta pembedahan. Juga peningkatan aliran udara dan penguapan.
6. Ketidaksanggupan
menahan panas, seperti pada permukaan tubuh yang relatif luas, kurang lemak,
ketidaksanggupan mengurangi permukaan tubuh, yaitu dengan memfleksikan tubuh
dan tonus otot yang lemah yang mengakibatkan hilangnya panas yang lebih besar
pada BBLR.
7. Kurangnya metabolisme untuk
menghasilkan panas, seperti defisiensi brown
fat, misalnya bayi preterm, kecil
masa kelahiran, kerusakan sistem syaraf pusat sehubungan dengan anoksia, intra
kranial hemorrhage, hipoksia, dan hipoglikemia.
2.5 Tanda Gejala
Gejala hipotermi yang sering terjadi pada
bayi yaitu ;
1. Gejala awal hipotermia apabila suhu
< 360C atau kedua kaki dan tangan teraba dingin.Bila seluruh tubuh bayi teraba
dingin, maka bayi sudah mengalami hipotermia sedang (suhu 320C - <360C).
2. Sejalan dengan menurunnya suhu
tubuh,bayi menjadi kurang aktif,tidak kuat menghisap asi,dan menangis lemah
3. Timbulnya sklerema atau kulit
mengeras berwarna kemerahan terutama dibagian punggung,tungkai dan tangan.
4. Muka bayi berwarna merah
terang
5. Bayi tampak mengantuk
6. Kulit bayi tampak pucat dan dingin
serta bayi menjadi lemah, lesu ,menggigil
7. Kaki dan tangan bayi teraba lebih
dingin dibandingkan dengan bagian dada
8. Ujung jari tangan dan kaki bayi
tampak kebiruan
9. Dalam keadaan berat, denyut jantung
bayi menurun dan kulit tubuh bayi mengeras (sklerema)
Tanda-tanda
klinis hipotermia:
1. Hipotermia sedang:
a.
Kaki teraba dingin
b.
Kemampuan menghisap lemah
c.
Tangisan lemah
d.
Kulit berwarna tidak rata atau disebut kutis marmorata
2. Hipotermia berat
a.
Sama dengan hipotermia sedang
b.
Pernafasan lambat tidak teratur
c.
Bunyi jantung lambat
d.
Akan timbul hipoglikemi dan asidosisi metabolic
3. Stadium lanjut hipotermia
a.
Muka, ujung kaki dan tangan berwarna merah terang
b.
Bagian tubuh lainnya pucat
c.
Kulit mengeras, merah dan timbul edema terutama pada
punggung, kaki dan tangan
d.
(sklerema)
Menurut
tingkat keparahannya, Gejala Klinis hipotermia dibagi menjadi 3 ,
1. Mild atau ringan (34-36°c)
a. Sistem saraf pusat: amnesia, apati,
terganggunya persepsi halusinasi
b. Cardiovaskular: denyut nadi cepat
lalu berangsur melambat, meningkat4nya tekanandarah,
c. Penafasan: nafas cepat lalu
berangsur melambat,
d. Saraf dan otot: gemetar, menurunnya
kemampuan koordinasi otot
2. Moderate, sedang (30–34°C)
a.
Sistem saraf pusat: penurunan kesadaran secara berangsur,
pelebaran pupil
b.
Cardiovaskular: penurunan denyut nadi secara berangsur
c.
Pernafasan: hilangnya reflex jalan nafas(seperti batuk,
bersin)
d.
Saraf dan otot: menurunnya reflex, berkurangnya respon menggigil,
mulai munculnya kaku tubuh akibat udara dingin
3. Severe, parah (<30°C)
a.
Sistem saraf pusat: koma,menurunnya reflex mata(seperti
mengdip
b.
Cardiovascular: penurunan tekanan darah secara berangsur,
menghilangnya tekanan darah
sistolik
c.
Pernafasan: menurunnya konsumsi oksigen
d. Saraf dan otot: tidak adanya
gerakan, menghilangnya reflex perifer
2.6 Penatalaksanaan
1. Penstabilan suhu tubuh dengan
menggunakan selimut hangat (tapi hanya pada bagian dada, untuk mencegah
turunnya tekanan darah secara mendadak) atau menempatkan pasien di ruangan yang
hangat. Berikan juga minuman hangat(kalau pasien dalam kondisi sadar).
2. Radiant Warner adalah alat yang
digunakan untuk bayi yang belum stabil atau untuk tindakan-tindakan.
3. Servo controle (dengan menggunakan
probe untuk kulit) atau non servo controle (dengan mengatur suhu yang
dibutuhkan secara manual).
4. Melakukan tujuh rantai hangat, yaitu
menyiapkan tempat melahirkan yang hangat, kering, bersih, penerangan cukup.
5. Mengeringkan tubuh bayi segera
ssetelah lahir dengan handuk kering dan bersih
6. Memberi ASI sedini mungkin dalam
waktu 30 menit setelah melahirkan agar bayi memperoleh kalori.
7. Mempertahankan kehangatan pada bayi.
8. Memberi perawatan bayi baru lahir
yang memada
9. melatih semua orang yang terlibat
dalam pertolongan persalinan / perawatan bayi baru lahir
10. Menunda memandikan bayi baru lahir :
a.
pada bayi normal tunda memandikannya sampai 24 jam.
b. pada bayi berat badan lahir rendah
tunda memandikannya lebih lama lagi.
11.
Bayi dibungkus dengan selimut dan kepalanya ditutup dengan
topi. Jika bayi harus dibiarkan
telanjang untuk keperluan observasi maupun pengobatan, maka bayi ditempatkan dibawah
cahaya penghangat.Untuk mencegah hipotermia, semua bayi yang baru lahir harus
tetap berada dalam keadaan
hangat.
12.
Di kamar bersalin, bayi segera dibersihkan untuk menghindari
hilangnya panas tubuh akibat
penguapan lalu dibungkus dengan selimut dan diberi penutup kepala.
13.
Melaksanakan metode kanguru, yaitu bayi baru lahir
dipakaikan popok dan tutup kepala diletakkan di dada ibu agar tubuh bayi
menjadi hangat karena terjadi kontak kulit langsung.Bila tubuh bayi masih
teraba dingin bisa ditambahkan selimu.
14.
Pada bayi baru lahir mengenakan pakaian dan selimut
yang disetrika atau dihangatkan diatas tungku.
15.
Menghangatkan bayi dengan lampu pijar 40 sampai 60 watt yang
diletakkan pada jarak setengah meter diatas bayi.
16.
Terapi yang bisa diberikan untuk orang dengan kondisi
hipotermia, yaitu jalan nafas harus tetap terjaga juga ketersediaan oksigen
yang cukup.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Ronaldo.2009.”Pertolongan Pertama untuk Bayi dan Anak “ (terjemahan). Jakarta
(halaman 90-91)
Saifudin,Abdul Bari,George Adriaansz,Gulardi Hanifa
Wiknjosastro,Djoko Waspodo.2009.”Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal.Jakarta (halaman372-374).
Warih BP, Abubakar M. 1992. Fisiologi pada Neonatus. dalam : Kumpulan makalah Konas III IDSAI.
Surabaya.
Survival Stresses – Hipothermia penebar maut –
Alap2 S-00166 TMS-7 Yogya – 1988
Tidak ada komentar:
Posting Komentar